Saat sedang membaca manga, menonton drama atau anime yang bertema jepang jaman dahulu, pastilah ada karakter didalamnya yang menyandang pedang. Pedang yang berasal dari Negeri Sakura ini disebut dengan nihontou yang berarti "Pedang Jepang". Selama ini banyak yang salah kaprah dengan menyebutnya samurai, padahal samurai adalah nama golongan ksatria yang berhak menyandang dan menggunakan nihontou. Sesungguhnya nihontou telah tercipta jauh sebelum kaum samurai ada.
Pedang yang digunakan di Jepang sebelum abad ke-10 berasal dari China masa Dinasti Tang. Pedang dan keterampilan membuat pedang dibawa dari China melalui Siberia dan Hokkaido. Saat itu masyarakat Ainu yang menghuni daratan Hokkaido menggunakan jenis pedang yang digunakan dengan kedua tangan dan berfungsi untuk memotong, bukanya untuk menusuk. Menurut legenda, pedang jepang dan cara penempaan dengan teknik lipat ditemukan oleh seorang pandai besi bernama Amakuni yang hidup sebelum abad 8.
Padapertengahan era Heian, pedang jepang mengalami perubahan bentuk untuk memenuhi kebutuhan dari ksatria yang sedang tumbuh. Karena pada masa itu peperangan menggunakan pasukan kavaleri lazim terjadi, maka bentuk pedang berevolusi dari Chokutou (pedang lurus) menjadi pedang yang melengkung dengan satu sisi tajam agar lebih mudah digunakan untuk menebas lawan dari atas kuda.Invasi mongol pada abad 13 membuat para samurai sadar kalau pedang yang mereka gunakan terlalu lunak dan mudah rusak bila digunakan untuk menembus baju zirah kulit tebal yang dikenakan bangsa mongol. Karena itulah Nihontou kemudian dibuat dengan proses tempa yang lebih sederhana. Beberapa pandai besi bahkan ada membuat punggung pedang lebih tebal dan ujungnya lebih lebar. Pada era Kamakura, seni pembuatan nihontou mencapai puncaknya dan pada era Muromachi, Jepang mampu mengekspor 200.000 pedang ke kekaisaran China yang saat itu sedang dikuasai oleh dinasti Ming.
Selanjutnya, pada abad 15 dan 16, ketika terjadi era perang sipil (Sengoku Jidai) penggunaan pasukan infanteri meluas sehingga permintaan akan pedang pun meningkat tajam. Pada masa inilah tercipta jenis pedang Uchigatana yang selanjutnya berefolusi lagi menjadi katana modern dan menggantikan peran pedang jenis Tachi yang tadinya lazim disandang para samurai. Tachi yang berukuran panjang, banyak yang ukurannya dipendekkan untuk dijadikan Katana.
Pada masa damai yang dimulai pada era Momoyama, nihontou bernilai tinggi kembali dibuat. Bila nihontou yang dibuat antara akhir era Nara hingga awal era Azuchi-Momoyama disebut dengan kotou yang berarti "pedang kuno", maka pedang ini disebut dengan shintou yang berarti "pedang baru". Pedang baru ini ketahanannya dikurangi namun ornamennya ditambah agar memiliki penampilan yang lebih indah. Ketika era Tokugawa berlangsung, pembuatan nihontou dan penggunaan senjata api menurun. Shogun juga mengeluarkan aturan tentang siapa-siapa saja yang boleh memiliki dan menyandang pedang. Mendekati akhir era Tokugawa, mpu pedang yang bernama Suishinshi Masahide [1750-1825] menghidupkan kembali teknik pembuatan kotou. Pedang gaya kotou yang dibuatantara tahun 1761 hingga 1876 ini kemudian disebut dengan Shinshintou (new revival sword). Shinshintou diyakini lebih kuat dibandingkan dengan pedang shintou namun masih kalah dibandingkan dengan kotou yang sesungguhnya.
0 komentar:
Posting Komentar